Justru Cop Cinta Indonesia
PALANGKA RAYA - Pembeberan fakta dan prediksi yang dilakukan oleh Centre for Orangutan Protection (COP), tentang ancaman kepunahan orangutan akibat perluasan perkebunan sawit, justru karena COP mencintai Indonesia. Penegasan ini disampaikan, Direktur Eksekutif COP Hardy Baktiantoro menjawab pernyataan Kepala Dinas Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalteng Ir Farintis Sulaiman yang sempat mempertanyakan nasionalisme dan motivasi COP menyebut kemusnahan orangutan diprediksikan terjadi dalam dua-tiga tahun mendatang di Kalteng, karena pembukaan kebun sawit.
Perlindungan orangutan dan habitatnya adalah fokus organisasi asli Indonesia tersebut, sebagai pintu masuk dari perlindungan hutan, alam dan masyarakat setempat yang hidupnya bergantung pada kebaikan alam.
Pembeberan fakta dan data serta aksi teatrikal yang digelar di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Jumat (9/5), seperti diberitakan Kalteng Pos sebelumnya, merupakan wujud penyadaran. Supaya pemerintah segera bertindak sebagaimana mestinya.
“Kami berharap, fakta yang kami sampaikan mendapatkan perhatian yang semestinya. Sudah seharusnya pemerintah fokus pada laporan yang kami sampaikan dan para pelaku kejahatan serta kekejaman pada alam atau orangutan hendaknya mendapatkan hukuman sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Dengan demikian, Indonesia akan berubah menjadi lebih baik,” kata Hardy, melalui rilisnya kepada Kalteng Pos, Senin (12/5).
Dijelaskannya, COP percaya bahwa hilangnya hutan dan hancurnya alam merupakan bencana buatan manusia yang sangat kejam dampaknya. Bukan saja punahnya spesies kehidupan liar namun juga pada masyarakat setempat. Fakta itu pun direkam dalam bentuk film dan foto, dikuatkan dengan analisis dari data resmi yang diakui pemerintah. Fakta yang disampaikan juga tidak sembarangan. “Camera never lies (kamera tidak pernah bohong),” ujarnya.
Hardy juga menyebut, salah satu fakta menarik adalah bukti rekaman foto dan film yang diambil di areal konsesi perusahaan-perusahaan yang berbasis di Malaysia. COP menilai, Undang-undang RI sudah sedemikian dilecehkan oleh perusahaan - perusahaan Malaysia di tanah air Indonesia sendiri.
“Justru kami mempertanyakan nasionalisme dan motivasi pihak-pihak yang menutupi kejahatan lingkungan terhadap hutan, orangutan dan masyarakat, terutama yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Malaysia. Mestinya pemerintah segera menindaklanjuti fakta yang kami sampaikan,” tegasnya seraya menambahkan, anggota COP menjalani karir di dunia konservasi alam rata-rata sejak 10 tahun yang lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kadisbun Kalteng menilai prediksi COP tentang kepunahan orangutan berlebihan. Malah ia sempat mempertanyakan motivasi dibalik statemen tersebut. (ust/sma)
source: Kalteng Pos
Tuesday,13 May 2008
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar