Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Selasa, 08 Juli 2008

Sawiit Mempercepat kepunahan Orangutan

PRESS RELEASE

SAWIT MEMPERCEPAT KEPUNAHAN ORANGUTAN



JAKARTA, 7 MEI 2008.

Kalimantan Tengah memiliki populasi orangutan terbesar di dunia, yakni sekitar 43.000 (Population and Habitat Viability Assessment 2004), dan kurang lebih setengahnya berada diluar kawasan konservasi. Kini jumlah itu terus merosot drastis dan tak terkendali seiring dengan kebijakan pemerintah membabat hutan untuk perkebunan kelapa sawit. Diperkirakan, orangutan Kalimantan akan punah di alam pada tahun 2015 atau rata - rata 4000 orangutan hilang dari alam setiap tahunnya.   



Centre for Orangutan Protection (COP) memperkirakan bahwa orangutan yang berada di luar kawasan konservasi di Kalimantan Tengah akan benar - benar  punah dalam 2 hingga 3 tahun mendatang. Jumlah mereka saat ini diperkirakan sekitar 27.500. 8000 diantaranya berada di luar kawasan konservasi. Pembabatan hutan untuk perkebunan kelapa sawit merupakan ancaman utama bagi kawasan yang bersatus bukan kawasan konservasi. 



Kondisi ini diperburuk dengan lemahnya penegakan hukum. Meskipun di atas kertas orangutan termasuk salah satu jenis satwa liar yang paling dilindungi Undang - Undang (UU No 5 /1990), namun Departemen Kehutanan nyaris tidak mampu berbuat apapun untuk melindungi orangutan yang berada di luar kawasan konservasi. Belum pernah ada satupun kasus perburuan, penangkapan maupun pembunuhan orangutan di areal konsesi perkebunan kelapa sawit berakhir di pengadilan.   Akibatnya, praktek - praktek kejahatan dan kekejaman terhadap orangutan yang berada di luar kawasan konservasi menjadi dianggap tidak melanggar hukum, sejalan dengan legalnya perusahaan kelapa sawit membabat hutan. 



Sejauh ini, Departemen Kehutanan dengan dibantu oleh Yayasan BOS hanya melakukan upaya translokasi / pemindahan ke kawasan lain yang dianggap aman. Bila orangutan tersebut masih belum bisa mandiri dan atau terluka maka akan dibawa ke Pusat Reintroduksi. Bila 1 orangutan yang berhasil mencapai Pusat Rehabilitasi dianggap mewakili 2 sampai 10 orangutan lainnya yang telah terbunuh (Meijaard, E., Rijksen, H.D., and Kartikasari, S.N. 2001. Di Ambang Kepunahan!: Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad

ke-21. Tropenbos, Gibbon Foundation), maka Kalimantan Tengah telah kehilangan orangutan antara 1600 - 8000. Angka ini didasarkan pada jumlah orangutan yang kini dirawat di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyarumenteng sebanyak 600 dan Orangutan Care Centre di Pangkalan Bun sebanyak 200. Investigasi COP juga menunjukkan bahwa upaya translokasi seringkali sia - sia karena hutan tersebut pada akhirnya dibabat juga untuk perkebunan kelapa sawit. 



Pada dasarnya, tidak ada tempat yang aman bagi orangutan di Kalimantan Tengah. Taman Nasional Tanjung Puting yang diyakini menjadi rumah bagi 6000an orangutan telah mengalah beberapa kali dan menyesuaikan tapal batasnya dengan perkebunan kelapa sawit. Taman Nasional Sebangau yang menjadi habitat bagi 6900an orangutan juga tidak pernah istirahat dari jarahan para pembalak liar. Seruyan, yang diyakini merupakan kantong populasi untuk 1000 orangutan kini telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Sulit untuk menemukan hutan dan orangutan di Seruyan pada saat ini. Kondisi ini juga menimpa hutan - hutan di kabupaten Kotawaringin Timur. Hutan di kecamatan Pulau Malan kabupaten Katingan yang merupakan rumah bagi 1500 orangutan juga berada dalam ancaman PT. Makin Group.  



“Bagi orangutan dan ribuan species hidupan liar lainnya, hilangnya hutan berarti hilangnya habitat dan sumber makanan. Orangutan yang kelaparan akan mencoba memakan tunas kelapa sawit di perkebunan baru yang dulunya merupakan habitat orangutan. Karenanya orangutan dianggap hama.  




Centre for Orangutan Protection (COP) mendesak pemerintah Indonesia untuk segera menghentikan pembabatan hutan untuk perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah. Sudah seharusnya Departemen Kehutanan bertindak proaktif melindungi orangutan yang berada di luar kawasan konservasi. COP memandang bahwa hilangnya hutan berarti hilangnya ribuan species hidupan liar, bukan hanya orangutan. 





NOVI HARDIANTO

Forest4 Program Manager. 


Tidak ada komentar: