Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Minggu, 13 Juli 2008

Sawit Semakin Mengancam Orangutan

Sawit Semakin Mengancam Orangutan
Senin, 14 Juli 2008 | 00:42 WIB
Jakarta, Kompas - Perluasan areal tanaman kelapa sawit menjadi ancaman
paling serius terhadap habitat orangutan saat ini, baik di wilayah
Sumatera bagian utara maupun di Kalimantan. Diperparah lagi dengan kondisi
dari sekitar 61.234 ekor orangutan yang ada saat ini, sekitar 70 persen di
antaranya tinggal di habitat dengan status bukan hutan konservasi atau
bukan hutan lindung.

Demikian dikemukakan Deputy Program Director Orangutan Conservation
Services Program (OCSP) Jamartin Sihite dalam lokakarya Jurnalisme
Lingkungan untuk Konservasi Orangutan dan Habitatnya, yang berlangsung
11-13 Juli 2008 di Universitas Indonesia, Depok.

”Ketika berada di habitat dengan status hutan konservasi, spesies
orangutan relatif lebih terlindungi karena berdasarkan status itu negara
tidak mengizinkan pengalihan fungsi hutan,” kata Jamartin.

Penyebaran orangutan saat ini diperkirakan sebanyak 6.667 ekor berada di
hutan primer seluas 14.452 kilometer persegi di kawasan Gunung Leuser
wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bagian selatan dan Sumatera
Utara. Kemudian sekitar 54.567 ekor orangutan menempati habitat hutan
primer sekitar seluas 50.000 kilometer persegi di Kalimantan.

”Data itu resmi yang digunakan pemerintah saat ini. Namun, data itu
berdasarkan pengkajian status populasi dan habitat yang dilakukan pada
2004 sehingga dimungkinkan populasi dan habitatnya sekarang sudah jauh
berkurang, apalagi perluasan areal sawit dengan pola perkebunan inti
rakyat sulit dikendalikan,” kata Jamartin.

Diperkirakan dalam 10 tahun mendatang jumlah populasi akan turun sampai 50
persen dan memasuki 50 tahun ke depan dikhawatirkan orangutan sebagai
satwa asli Indonesia itu punah.

Harry Alexander dari Wildlife Conservation Society Program memaparkan,
kebijakan pelestarian hutan dan sumber daya alam lainnya masih sangat
buruk. Hal itu, misalnya, hak menguasai hutan bukan pada negara melainkan
pemerintah pusat, pengelolaannya bersifat sentralistik, skala besar,
monopoli dan oligopoli, tidak transparan, tidak melibatkan publik, tidak
akuntabel, hilangnya pengakuan hak adat, tidak ada supremasi hukum, dan
tidak ada mekanisme resolusi konflik.

Jito Sugarjito dari Asosiasi Pemerhati dan Ahli Primata Indonesia (Apapi)
menuturkan, perlindungan orangutan dengan habitatnya akan menyelamatkan
pula berbagai spesies lainnya. Untuk itulah, orangutan disebut sebagai
spesies payung.

”Orangutan merupakan pemakan spesialis yang sangat rentan seandainya
jumlah pohon di habitatnya terus berkurang. Ditambah lagi masa reproduksi
yang lambat, bisa mencapai rata-rata 7 tahun, turut memengaruhi percepatan
makin punahnya orangutan,” kata Jito. (NAW)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/14/00422145/sawit.semakin.mengancam.orangutan
WAHYUNI MANGOENSOEKARDJO

Tidak ada komentar: