Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Senin, 14 Juli 2008

Sekepingan cerita BORNEO untuk anak cucu

Ketapang--Pikiran menerawang jauh namun bukan karena ketakutan namun kebodohan bersama sebagai bangsa Indonesia. Bersama Ape Crusader berjalan layaknya offroader tapi memang pantas disebut offroader buat supir sekaligus Koordinator tim Seto Hari Wibowo yang nyupirin penulis dari Palangkaraya menuju ketapang. Perjalanan gila, memakan waktu 3 hari dengan mengikuti jalan negara yang memang tidak pantas disebut jalan negara. Jalan berlubang 2 - 3 meter menandakan bahwa ketidakbecusan pemerintah daerah terhadap akses tranportasi. Tidak hanya itu saja, bayangan penulis bisa melihat lebatnya hutan Kalimantan disamping kiri-kanan jalan namun hanya perkebunan sawit yang membuat muntah...gimana gak muntah hampir 90 % perjalanan dikelilingi hanya pemandangan perkebunan Sawit, dah gitu jalan-jalan rusak. Ghokil bo.....INDONESIA DA MERDEKA LEBIH DARI 32 tahun...dan beberapa rezim yang sudah jadi presiden.

 

Lagi-lagi sawit...but lagi-lagi kemiskinan...lagi-lagi rusaknya jalan...lagi-lagi teman satu perjalananku keracunan minuman kaleng. Tanggal tahunnya da kelewat batas alias basiiiii. Penulis hidup serasa ditahun benar-benar 1920 ketika kompeni datang menggarap untuk lahan-lahan perkebunan.Meski penulis belum pernah hidup dijaman itu, tapi bisa membayangkan tulisan Soe Hok Gie "dibawah lentera merah" tentang pemberontakan PKI yang waktu itu benar-benar ingin membela rakyat untuk lepas dari penderitaan yang disebut penjajah.

 

Meski masyarakat sekitar harus rela tanah, hutan, orangutan, dan kekayaan alam dimiliki cukong-cukong kaya dari Malaysia, Singapura. Namun, penulis hanya bisa menatap dengan trenyuh...lompatan pikiran menerawang pada kehidupan metropolis Jakarta dengan indahnya molek gadis-gadis cantik lalu-lalang...apakah dia tahu....jangankan gadis...Presiden SBY pun belum tentu tahu bahwa jalan yang rusak dan hutan Kalimantan benar-benar lenyap dari peredaran mata-matanya orang Indonesia dan matamu semua. Penulis terasa bungkam, marah, muak bahkan pingin berak melihat sekeliling perjalanan. Yang uniknya, jembatan yang memang tidak layak pakai untuk kendaraan bermobil harus kami lalui dengan resiko tinggi, meski harus hati-hati. Penduduk-penduduk desa dengan telanjang dada direrintikan tidak niatnya hujan. Wajah-wajah melas meminta duit kepada sang pengguna jalan dengan memblokade jalan bagaikan posko-posko militer dengan alasan memperbaiki jalan. Ironisnya, terlihat mobil strada dengan kepulan asap rokok berkacamata hitam ditengah perkebunan kelapa sawit di daerah Air Upas dekatnya dengan bangga lewat lalulalang. Biasanya dimedan perkebunan sawit mobil strada itu dimiliki oleh staf pekerjanya, namun buruhnya tetap saja miskin. Sewaktu ada hutan mungkin masyarakat tidak harus meminta seperti ini...bisa saja ia berladang, mencari ke dalam hutan makanan-makanan yang bisa dimakan. Berhubung hutan tidak ada ya...dengan meminta recehan ala pak ogah dipinggir jalan berlubang.

 

Inilah cermin Kalimantan yang katanya punya hutan yang luas, satwa liar unik orangutan, bekantan, beruang madu.....tapi itu dulu hanya cerita...bahkan

menurut sumber dari AP Hasil survei terbaru menunjukkan, populasi orangutan menurun tajam dalam empat tahun terakhir. Perubahan lingkungan yang drastis di Pulau Sumatera dan Kalimantan menjadi penyebabnya. Kalimantan mencapai 10 persen dari 54.000 ekor menjadi 49.600 ekor orangutan. "Tanpa usaha ekstra secepatnya mereka akan menjadi spesies kera besar pertama yang akan punah," ujar Serge Wich, ilmuwan dari Great Ape Trust yang berpusat di Iowa. Wich dan 15 rekannya melaporkan hasil survei yang paling komprehensif sejauh ini terhadap populasi orangutan itu dalam jurnal Oryx edisi terbaru.

Menurutnya, temuan ini mengecewakan karena upaya konservasi selama 30 tahun terakhir ternyata masih belum cukup untuk melestarikan orangutan. Penurunan tersebut disebabkan pembalakan liar dan ekspansi kebun sawit yang tidak terkendali di Sumatera dan Kalimantan.bersambung.........

Lanjut Bro.....

 

Dari temuan ini, Wich merekomendasikan perlunya kebijakan politik yang kuat untuk menekan pembalakan hutan yang menjadi habitat orangutan dan mencegah perdagangan satwa langka tersebut. Kepedulian masyarakat lokal untuk menjaga hutan juga tidak kalah penting. Jika hal tersebut tidak konsisten dilakukan bukan tidak mungkin orangutan punah pada 2011 sesuai perkiraan Center of Orangutan Protection.

 

Angka bukan masalah namun kenyataan ada dimata kita merekam pengindraan lahiriah.

 

Perjalanan yang jauh ini akhirnya sampai juga di Ketapang dengan selamat secara fisik. Namun, orangutan, hutan, masyarakat dayak bisakah selamat dari ancaman-ancaman ilegal logging perkebunan sawit, lalu ancaman pertambangan batubara.Tanyakan pada mereka yang punya hati. selain itu....bisanya hanya dipertentangkan bukan diselamatkan NOW.

 

Semoga ketika penulis mempunyai cucu...mudah-mudahan masih ada hutan, orangutan, bekantan dan keanekaragaman lainnya yang unik dan lucu tapi bukan Tom n Jerry pa lagi Naruto apalagi sincan. Cerita melahirkan mitos apabila memang benar-benar tidak terlihat dimata. Sebelum menjadi mitos, dongeng sebelum tidur mari kita tegaskan pada diri kita bahwa kita bukan bangsa yang bodoh, yang selalu mendengarkan mitos.

 

 

Thanks

lutfi

Tidak ada komentar: