Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Kamis, 17 Juli 2008

CIRI CIRI SUAMI SELINGKUH

CIRI CIRI SUAMI SELINGKUH

PRIA “manis” yang terlihat tak mungkin macam-macam pun bisa menjadi peselingkuh. Mulai dari selingkuh kecil hingga selingkuh berat yang berlanjut ke ranjang.Bukan berarti harus mencurigai pasangan Anda. Tapi, seperti anekdot “kucing disodori ikan asin pasti langsung disambar”, siapa yang tak tergoda jika ada seseorang yang terus-menerus mencoba menarik perhatian kita. Karena sering bertemu, mengobrol, dan akhirnya saling curhat, perselingkuhan pun semakin mungkin terjadi. Apalagi bila kebetulan kondisi hubungan dengan pasangan pun sedang seperti mendung yang gelap.

Namun, tentu saja tak berarti solusinya adalah mengawasi dan menginterogasi pasangan selama hampir 24 jam. Yang penting, ciptakan hubungan yang kondusif di antara Anda berdua, dan belajarlah jeli membaca tanda-tanda kemungkinan adanya perselingkuhan. Dengan begitu, penghianatan bisa segera dihentikan, dan hubungan Anda berdua pun masih terselamatkan.

Lalu, apa saja tanda-tanda awal yang bisa dijadikan petunjuk? Marcella Bakur dan Raymon B Green dalam buku mereka, 180 Telltale Signs Hates Are Cheating and How to Catch Them, mengungkapkan 10 tanda emosional seseorang yang sedang berselingkuh.

1. Dia lebih perhatian dari biasanya.

Ini karena dia merasa bersalah kepada Anda. Namun, perhatian tersebut perlahan-lahan akan berkurang dan akhirnya menghilang setelah perselingkuhan semakin dalam.

2. Dia mulai menghujani Anda dengan hadiah.

Sama seperti poin pertama, ini dilakukannya karena merasa bersalah telah menghianati Anda. Dengan memberikan hadiah-hadiah itulah ia bisa mengatasi rasa bersalah.

3. Tingkah lakunya membuat Anda merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Percayailah insting Anda. Tidak peduli dengan insting tersebut sama saja Anda “membutakan” diri dari kebenaran yang ada. Andalah yang paling tahu kebiasaan, rutinitas, dan sikap-sikapnya sehari-hari. Jadi, curigalah bila semua itu berubah.

4. Dia mulai semakin sering memancing pertengkaran.

Ini adalah alasannya untuk marah dan pergi menemui kekasih gelapnya. Namun, bisa juga dilakukan karena perasaannya yang bercampur aduk setelah menghianati Anda.

5. Selalu membicarakan kemungkinan hubungan Anda berdua berakhir.

Waspadalah jika dia mulai sering berkata, “Apa yang kamu lakukan jika hubungan kita berakhir? Atau, “Jika sesuatu terjadi pada kita berdua, saya akan selalu menyayangi kamu sebagai teman.” Asal Anda tahu, kalimat berandai-andainya itu karena ada orang lain yang akan menerimanya dengan senang hati begitu hubungan anda berdua berakhir.

6. Dia seperti Anda saat sedang mengalami PMS.

Dia tampak senang dan bersemangat ketika akan pergi keluar rumah sendirian, dan langsung lesu serta lemas saat berada di dekat Anda.

7. Selera musiknya tiba-tiba berubah.

Karena jadi lebih sering mendengarkan musik kesukaan “sang pacar”, ia pun jadi ikut menyukai musik tersebut.

8. Harga dirinya rendah.

Bukan berarti lalu dia pasti berselingkuh. Namun, orang-orang seperti ini umumnya cenderung mencari rasa aman dan umpan balik positif dari orang lain. Nah, salah satu cara mendapatkannya, ya, lewat perselingkuhan!

9. Dia terus-menerus mengkritik orang lain (lawan jenisnya).

Ini adalah usahanya untuk membuat Anda berpikir bahwa orang seperti itu bukanlah tipe favoritnya, walau sebenarnya diam-diam dia tertarik.

10. Dia jadi lebih sering memberi kritik pedas kepada Anda.

Emosinya jadi lebih mudah terpancing terhadap komentar Anda, bahkan komentar netral sekalipun. (ima/Okz, berbagai sumber)

DIarsipkan di bawah: KELUARGA

Selasa, 15 Juli 2008

MISTERI TERBELAHNYA BULAN.

Category:Other
MISTERI TERBELAHNYA BULAN. 

Allah SWT berfirman: "Sungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan pun telah terbelah (Q.S. Al-Qamar: 1)" 

Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah ? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut : 

Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an. 

Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, "Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah" mengandung mukjizat secara ilmiah ? 
Maka saya menjawabnya: "Tidak, sebab kehebatan ilmiah dapat diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah SAW, maka tentulah kami para 
muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Dan memang Allah ta'alaa benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatu". 

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah SAW membelah bulan. Kisah itu adalah di masa sebelum hijrah dari Mekah Al-Mukarramah ke Madinah. Orang-orang musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok)?" Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian inginkan ?" Mereka menjawab: "Coba belahlah bulan ..." Maka Rasulullah SAW pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya. Maka Allah SWT memberitahu Muhammad SAW agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya. Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, "Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!". 

Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada ditempat itu. Mereka lantas menunggu-nunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?". Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali...!!!". 

Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap ....." sampai akhir surat Al-Qamar. 

"Ini adalah kisah nyata", demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdirilah seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan?" Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: "Dipersilahkan dengan senang hati." 

Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna-makna Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku membuka-buka terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah......." Maka aku pun 
bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu??? Maka, aku pun menghentikan dari membaca ayat-ayat selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Allah-lah Yang Maha Tahu tentang tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam pencarian kebenaran. 

Maka aku pun suatu hari duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi hangat antara presenter seorang Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut pun menceritakan tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa. Dan diantara diskusi tersebut adalah tentang turunnya astronot menjejakkan kakiknya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?" Mereka pun menjawab, "Tidak, ..!!! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun. Maka presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga demikian mahal taruhannya?" Mereka menjawab, "Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali.!!!" Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?" Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Maka kami pun meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin telah terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali". 
Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, "Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, "Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad sallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin !!!!"". 

Maka, agama Islam ini tidak mungkin salah ... (aku pun bergumam), "Maka, aku pun membuka kembali Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar, dan ... saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam. 
SUBHANALLAH.............. 
MAHA BESAR ALLAH SWT ATAS SEMUA CIPTAANNYA 
Diterjemahkan oleh: Abu Muhammad ibn Shadiq 
ISLAM ADALAH RAHMATAN LIL'AALAMIIN 


Mengapa Ayam Menyebrang Jalan?

Blog EntryGus Dur memang oke! ha...ha..ha...Jun 23, '08 9:14 PM
for everyone














Mengapa Ayam Menyebrang Jalan?
 
 
Jawaban menurut:
 
 
Guru TK
: 
Supaya sampai ke ujung jalan.
 
 
Plato
: 
Untuk mencari kebaikan yang lebih baik. 

 
FBI
: 
Beri saya lima menit dengan ayam itu, saya akan tahu kenapa. 

 
Aristoteles
: 
Karena merupakan sifat alami dari ayam. 

 
Captain James T. Kirk
 

Karena dia ingin pergi ke tempat yang belum pernah ia datangi. 

 
Martin Luther King, Jr.
 

Saya memimpikan suatu dunia yang membebaskan semua ayam menyeberang jalan
 
tanpa mempertanyakan kenapa. 

 
Machiavelli
 

Poin pentingnya adalah ayam menyeberang jalan! Siapa yang peduli kenapa!
 
Akhir dari penyeberangan akan menentukan motivasi ayam itu. 

 
Freud
 

Fakta bahwa kalian semua begitu peduli pada alasan ayam itu menunjukkan
 
ketidaknyamanan seksual kalian yang tersembunyi. 

 
George W Bush
 

Kami tidak peduli kenapa ayam itu menyeberang! Kami cuma ingin tau apakah
 
ayam itu ada di pihak kami atau tidak, apa dia bersama kami atau melawan
 
kami. Tidak ada pihak tengah di sini! 

 
Darwin
 

Ayam telah melalui periode waktu yang luar biasa, telah melalui seleksi
 
alam dengan cara tertentu dan secara alami tereliminasi dengan menyeberang
 
jalan. 

 
Einstein
 

Apakah ayam itu menyeberang jalan atau jalan yang bergerak di bawah ayam
 
itu, itu semua tergantung pada sudut pandang kita sendiri. 

 
Nelson Mandela 
Tidak akan pernah lagi ayam ditanyai kenapa menyeberang jalan! Dia adalah
 
panutan yang akan saya bela sampai mati! 

 
Thabo Mbeki
 

Kita harus mencari tahu apakah memang benar ada kolerasi antara ayam dan
 
jalan. 

 

Mugabe
 
Setelah sekian lama jalan dikuasai petani kulit putih, ayam miskin yang
 
tertindas telah menanti terlalu lama agar jalan itu diberikan kepadanya dan
 
sekarang dia menyeberanginya dengan dorongan ayam-ayam veteran perang. Kami
 
bertekad mengambil alih jalan tersebut dan memberikannya pada ayam,
 
sehingga dia bisa menyeberanginya tanpa ketakutan yang diberikan oleh
 
pemerintahan Inggris yang berjanji akan mereformasi jalan itu. Kami tidak
 
akan berhenti sampai ayam yang tidak punya jalan itu punya jalan untuk
 
diseberangi dan punya kemerdekaan untuk menyeberanginya! 

 
Isaac Newton
 

Semua ayam di bumi ini kan menyeberang jalan secara tegak lurus dalam garis
 
lurus yang tidak terbatas dalam kecepatan yang seragam, terkecuali jika
 
ayam berhenti karena ada reaksi yang tidak seimbang dari arah berlawanan. 

 
 
Programmer Java J2EE
Tidak semua ayam dapat menyeberang jalan, maka dari itu perlu adanya
 
interface untuk ayam yaitu nyeberangable, ayam-ayam yang ingin atau bisa
 
menyeberang diharuskan untuk mengimplementasikan interface nyebrangable,
 
jadi di sini sudah jelas terlihat bahwa antara ayam dengan jalan sudah
 
loosely coupled.
 
 
Programmer Flasher 
Karena pada keyframe tersebut terdapat actionscript yang bertuliskan
 
perintah 'GoTo And Run' ...
 
 
LB Moerdani
 

Selidiki! Apakah ada unsur subversif? 

 
Sutiyoso
 

Itu ayam pasti ingin naik busway. 

 
Soeharto
 

Ayam-ayam mana yang ndak nyebrang, tak gebuk semua! Kalo perlu ya
 
disukabumiken saja. 
 
Habibie
 

Ayam menyeberang dikarenakan ada daya tarik gravitasi, dimana terjadi
 
percepatan yang mengakibatkan sang ayam mengikuti rotasi dan berpindah ke
 
seberang jalan. 

 
Darwis Triadi
 

Karena di seberang jalan, angle dan lightingnya lebih bagus. 

 
Nia Dinata 
Pasti mau casting '30 Hari Mencari Ayam' ya? 

 
Desi Ratnasari
 

No comment! 

 
Dhani Ahmad
 

Asal ayam itu mau poligami, saya rasa gak ada masalah mau nyebrang kemana
 
juga... 

 
Julia Perez
 

Memangnya kenapa kalo ayam itu menyeberang jalan? Karena sang jantan ada disana ! Daripada sang betina sendirian di seberang sini, yaaaaaaaaahhh dia kesanalahh.. . Cape khan pake alat bantu terus? 

 
Roy Marten
 

Ayam itu khan hanya binatang biasa, pasti bisa khilaf.. (sambil
 
sesenggukan) . 

 
Butet Kartaredjasa
 

Lha ya jelas untuk menghindari grebekan kamtib to? 

 
Roy Suryo
 

Kalo diliat dari metadatanya, itu ayam asli.
 

Cinta Laura
Mau nyebrang? Mana ujyan ga ada ojyek, becyek becyek
 
M
egawati
Ayamnya pasti ayam wong cilik. Dia jalan kaki  toh? 

 
Harmoko
 

Ayam itu menyebrang berdasarkan petunjuk presiden 
 

and the best answer is.......... .....( eng ing eng )
 
 
Gus Dur : 
"Kenapa ayam nyebrang jalan? Ngapain dipikirin?
Gitu aja kok repot! 
Bukannya kerja tapi malah baca ginian..."
  

Bagaimana Sebuah Hadis Membuat Einstein Terkesima?

Bagaimana Sebuah Hadis Membuat Einstein Terkesima?

Albert Einstein, ilmuan fisika terbesar sepanjang masa dalam sebuah risalah terakhirnya menulis, Islam lebih utama, lebih sempurna dan lebih logis dibanding agama-agama dunia yang ada. Risalah ilmiahnya itu berjudul “Die Erklarung” yang ditulis dalam bahasa Jerman pada tahun 1954 di Amerika.einstein.jpg

Risalah ini pada hakikatnya sama dengan surat rahasia yang ditulisnya kepada Ayatullah Al-Uzhma Boroujerdi. Dalam risalah ini, Einstein membuktikan teori relativitasnya dengan ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis dari buku Nahjul Balaghah dan Bihar Al-Anwar. Ia mengatakan, hadis-hadis punya muatan seperti ini tidak bakal di mazhab lain. Hanya mazhab Syiah yang memiliki hadis dari para Imam mereka yang memuat teori kompleks seperti Relativitas. Sayangnya, kebanyakan ilmuannya tidak mengetahui hal itu.

Salah satu hadis yang menjadi sandarannya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Allamah Majlisi tentang Mi’raj jasmani Rasulullah saw. Disebutkan, “Ketika terangkat dari tanah, pakaian atau kaki Nabi menyentuh sebuah bejana berisi air yang menyebabkan air tumpah. Setelah Nabi kembali dari Mi’raj jasmani, setelah melalui berbagai zaman, beliau melihat air masih dalam keadaan tumpah di atas tanah.” Einstein melihat hadis ini sebagai khazanah keilmuan yang mahal harganya, karena menjelaskan kemampuan keilmuan para Imam Syiah dalam relativitas waktu. Menurut Einstein, formula matematika kebangkitan jasmani berbanding terbalik dengan formula terkenal “relativitas materi dan energi”.

E = M.C2 >> M = E :C2

Artinya, sekalipun badan kita berubah menjadi energi, ia dapat kembali berujud semula, hidup kembali.

Dalam suratnya kepada Ayatullah Al-Uzhma Boroujerdi, sebagai penghormatan ia selalu menggunakan kata panggilan “Boroujerdi Senior”, dan untuk menggembirakan roh Prof. Hesabi, ia menggunakan kata “Hesabi yang mulia”.

Naskah asli risalah ini masih tersimpan dalam Safety Box rahasia London(di bagian tempat penyimpanan Prof. Ibrahim Mahdavi), dengan alasan keamanan.

Risalah ini dibeli oleh Prof. Ibrahim Mahdavi (tinggal di London) dengan bantuan salah satu anggota perusahaan pembuat mobil Benz seharga 3 juta dolar dari seorang penjual barang antik Yahudi.

Tulisan tangan Einstein di semua halaman buku kecil itu telah dicek lewat komputer dan dibuktikan oleh para pakar manuskrip. (http://ahmadsamantho.wordpress.com/2007/12/26/einstein-terpesona-hadist-nabi-muhammad-saw/)


Senin, 14 Juli 2008

Orangutan Kalimantan Bakal Punah


AFP PHOTO/Jewel SAMAD

Aktivis Centre for Orangutan Protection (COP), Kamis (8/5), berunjuk rasa dengan mengenakan kostum orangutan yang terluka. Mereka menyuarakan kesadaran untuk melindungi orangutan.

[JAKARTA] Keberadaan satwa primata orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) populasinya terus menurun dari waktu ke waktu dan tinggal menunggu waktu kepunahan. Para ahli memperkirakan, primata yang dilindungi negara itu akan punah dari alam pada 2015.

Pusat Perlindungan Orangutan (COP) mencatat, pada 2004 populasi orangutan sebanyak 54.567 ekor, maka dengan laju kepunahan sebesar sembilan persen per tahun atau 5.325 ekor setiap tahun, saat ini jumlahnya diperkirakan hanya 37.275 ekor.

Manajer Program Hutan COP, Novi Hardianto, di Jakarta, Jumat (9/5), mengatakan, menurunnya populasi orangutan itu disebabkan hilangnya habitat primata ini karena alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Dia mencontohkan, Provinsi Kalimantan Tengah memiliki populasi orangutan terbesar di dunia. Saat ini, jumlahnya diperkirakan tinggal 20.030 ekor, merosot dari angka 31.300 pada tahun 2004. Sebanyak 43 persen atau 25.475 ekor orangutan kini dalam status terancam karena berada di luar kawasan konservasi.

Berdasarkan data yang dikumpulkan COP, hampir semua orangutan dewasa yang masuk ke pusat-pusat rehabilitasi orangutan, menderita luka parah di kepala dan tangan akibat siksaan para pekerja perkebunan.

Novi mengatakan, meskipun orangutan dilindungi berdasarkan Undang-Undang No 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan para pelaku kejahatan dan kekejaman terhadap satwa liar dilindungi itu diancam dengan hukuman penjara lima tahun dan atau denda 100 juta rupiah, namun hal ini tidak cukup membantu pulihnya populasi orangutan.

"Departemen Kehutanan tidak mampu berbuat apa pun untuk melindungi orangutan dari perusahaan perkebunan kelapa sawit. Belum pernah ada pelaku kejahatan dan kekejaman terhadap orangutan yang ditangkap dan dipenjara. Akibatnya, tindakan memburu, menangkap, dan membunuh orangutan dianggap bukan lagi tindakan melawan hukum, dan praktik ini terus berlangsung," katanya.

Sementara itu, Manajer Program Kehutanan The Nature Conservancy, Niel Makinudin, mengatakan, situasi yang dihadapi orangutan sudah sangat serius. "Kalau tidak cepat ada penanganan pemerintah, niscaya kepunahan tinggal tunggu waktu, dan ini akan berdampak pada ekosistem secara keseluruhan" ucapnya.

Meskipun belum melakukan pendataan menyeluruh, Niel mengatakan, laju penurunan orangutan bisa diketahui dari laporan masyarakat.

Ekspansi perkebunan kelapa sawit dan industri pertambangan, ungkap Niel, akan mengakibatkan laju penurunan semakin tinggi dan tak terkendali. "Di Kalimantan Timur saat ini sedang demam kelapa sawit dan pertambangan, jadi terjadi perubahan tata ruang di mana hutan diubah menjadi lokasi tambang atau perkebunan sawit," ujarnya. [E-7]


Last modified: 8/5/08

Mengosongkan Rumah di Jantung Borneo

 Jumat, 09 Mei 2008 17:11 WIB

Mengosongkan Rumah di Jantung Borneo

 

ANCAMAN kehilangan satwa endemik di Kalimantan Tengah (Kalteng) disambut oleh pemerintah daerah (pemda) dengan tenang. Pada setiap kesempatan pemda mengaku tetap berusaha mengontrol dan membuat jalur konservasi di dalam rencana perluasan lahan perkebunan sawit.

Tetapi namanya rencana, ada saja distraksi. Kadang keluar dari jalur dan selalu ada pemaafan, banyak permakluman.

Tatkala jumlah orang utan di kawasan itu berkurang 5.325 ekor per tahun, sebuah draf rencana tata ruang wilayah tiba-tiba muncul bak malaikat pencabut nyawa. Pemda berkeinginan melepas kawasan hutan tropis seluas 455.000 hektare (ha) untuk menggenjot produksi kelapa sawit.

Diprediksikan populasi orang utan di kantong konservasi terbesar dunia itu beranjak menuju ke titik nol. Aktivis Centre for Orangutan Protection (COP) memperkirakan hanya tersisa waktu dua hingga tiga tahun lagi orang utan subspesies Pongo pygmaeus wumbii yang berada di luar kawasan konservasi benar-benar punah.

Penggiat isu hutan COP Novi Hardianto, Rabu (7/5), mengungkapkan pengamatan lapangannya. Sejumlah perusahaan yang sudah tergabung dalam Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) --suatu komitmen industri untuk memastikan produksi minyak kelapa sawit ramah lingkungan-- masih menggusur hutan primer serta kawasan bernilai konservasi tinggi.

"Mereka tetap saja membabat hutan, dan orang utan terus menjadi korban," kata Novi.

Sepanjang 2006, Pusat Reintroduksi Orangutan Nyarumenteng menerima 256 orang utan baru yang diselamatkan dari area perkebunan sawit. Jumlah tersebut turun menjadi 93 satwa pada 2007 dan 15 satwa hingga Maret 2008.

Tetapi tren penurunan ini bukan refleksi dari konservasi yang berjalan mulus. "Melainkan karena semakin selektifnya penerimaan orang utan baru. Hanya yang masih bayi atau terluka parah akan diterima," ujar Novi seraya merujuk daya tampung yang siap luber.

Orang utan yang tidak tertampung terpaksa ditranslokasi ke hutan terdekat. Tanpa langsung disadari bahwa orang utan justru dikondisikan pada pilihan buruk yang hanya menunda kematian. Pasalnya, hutan translokasi itu milik perusahaan sawit lain.

Paling dilindungi

Di atas kertas, orang utan termasuk satwa liar paling dilindungi Undang-Undang Konservasi No 5/1990. Tetapi belum pernah ada kasus perburuan, penangkapan, maupun pembunuhan orang utan di area konsesi sawit yang berakhir di pengadilan.

Kalteng adalah sentral ironinya. Menurut data populasi dari Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) pada 2004, daerah ini memiliki populasi orang utan terbesar di dunia, sekitar 31.300 satwa.

Namun, karena laju penurunan orang utan rata-rata mencapai 9% per tahun, diyakini populasi orang utan telah merosot menjadi sekitar 20 ribu satwa. *

 

clara@mediaindonesia.co.id

Sekepingan cerita BORNEO untuk anak cucu

Ketapang--Pikiran menerawang jauh namun bukan karena ketakutan namun kebodohan bersama sebagai bangsa Indonesia. Bersama Ape Crusader berjalan layaknya offroader tapi memang pantas disebut offroader buat supir sekaligus Koordinator tim Seto Hari Wibowo yang nyupirin penulis dari Palangkaraya menuju ketapang. Perjalanan gila, memakan waktu 3 hari dengan mengikuti jalan negara yang memang tidak pantas disebut jalan negara. Jalan berlubang 2 - 3 meter menandakan bahwa ketidakbecusan pemerintah daerah terhadap akses tranportasi. Tidak hanya itu saja, bayangan penulis bisa melihat lebatnya hutan Kalimantan disamping kiri-kanan jalan namun hanya perkebunan sawit yang membuat muntah...gimana gak muntah hampir 90 % perjalanan dikelilingi hanya pemandangan perkebunan Sawit, dah gitu jalan-jalan rusak. Ghokil bo.....INDONESIA DA MERDEKA LEBIH DARI 32 tahun...dan beberapa rezim yang sudah jadi presiden.

 

Lagi-lagi sawit...but lagi-lagi kemiskinan...lagi-lagi rusaknya jalan...lagi-lagi teman satu perjalananku keracunan minuman kaleng. Tanggal tahunnya da kelewat batas alias basiiiii. Penulis hidup serasa ditahun benar-benar 1920 ketika kompeni datang menggarap untuk lahan-lahan perkebunan.Meski penulis belum pernah hidup dijaman itu, tapi bisa membayangkan tulisan Soe Hok Gie "dibawah lentera merah" tentang pemberontakan PKI yang waktu itu benar-benar ingin membela rakyat untuk lepas dari penderitaan yang disebut penjajah.

 

Meski masyarakat sekitar harus rela tanah, hutan, orangutan, dan kekayaan alam dimiliki cukong-cukong kaya dari Malaysia, Singapura. Namun, penulis hanya bisa menatap dengan trenyuh...lompatan pikiran menerawang pada kehidupan metropolis Jakarta dengan indahnya molek gadis-gadis cantik lalu-lalang...apakah dia tahu....jangankan gadis...Presiden SBY pun belum tentu tahu bahwa jalan yang rusak dan hutan Kalimantan benar-benar lenyap dari peredaran mata-matanya orang Indonesia dan matamu semua. Penulis terasa bungkam, marah, muak bahkan pingin berak melihat sekeliling perjalanan. Yang uniknya, jembatan yang memang tidak layak pakai untuk kendaraan bermobil harus kami lalui dengan resiko tinggi, meski harus hati-hati. Penduduk-penduduk desa dengan telanjang dada direrintikan tidak niatnya hujan. Wajah-wajah melas meminta duit kepada sang pengguna jalan dengan memblokade jalan bagaikan posko-posko militer dengan alasan memperbaiki jalan. Ironisnya, terlihat mobil strada dengan kepulan asap rokok berkacamata hitam ditengah perkebunan kelapa sawit di daerah Air Upas dekatnya dengan bangga lewat lalulalang. Biasanya dimedan perkebunan sawit mobil strada itu dimiliki oleh staf pekerjanya, namun buruhnya tetap saja miskin. Sewaktu ada hutan mungkin masyarakat tidak harus meminta seperti ini...bisa saja ia berladang, mencari ke dalam hutan makanan-makanan yang bisa dimakan. Berhubung hutan tidak ada ya...dengan meminta recehan ala pak ogah dipinggir jalan berlubang.

 

Inilah cermin Kalimantan yang katanya punya hutan yang luas, satwa liar unik orangutan, bekantan, beruang madu.....tapi itu dulu hanya cerita...bahkan

menurut sumber dari AP Hasil survei terbaru menunjukkan, populasi orangutan menurun tajam dalam empat tahun terakhir. Perubahan lingkungan yang drastis di Pulau Sumatera dan Kalimantan menjadi penyebabnya. Kalimantan mencapai 10 persen dari 54.000 ekor menjadi 49.600 ekor orangutan. "Tanpa usaha ekstra secepatnya mereka akan menjadi spesies kera besar pertama yang akan punah," ujar Serge Wich, ilmuwan dari Great Ape Trust yang berpusat di Iowa. Wich dan 15 rekannya melaporkan hasil survei yang paling komprehensif sejauh ini terhadap populasi orangutan itu dalam jurnal Oryx edisi terbaru.

Menurutnya, temuan ini mengecewakan karena upaya konservasi selama 30 tahun terakhir ternyata masih belum cukup untuk melestarikan orangutan. Penurunan tersebut disebabkan pembalakan liar dan ekspansi kebun sawit yang tidak terkendali di Sumatera dan Kalimantan.bersambung.........

Lanjut Bro.....

 

Dari temuan ini, Wich merekomendasikan perlunya kebijakan politik yang kuat untuk menekan pembalakan hutan yang menjadi habitat orangutan dan mencegah perdagangan satwa langka tersebut. Kepedulian masyarakat lokal untuk menjaga hutan juga tidak kalah penting. Jika hal tersebut tidak konsisten dilakukan bukan tidak mungkin orangutan punah pada 2011 sesuai perkiraan Center of Orangutan Protection.

 

Angka bukan masalah namun kenyataan ada dimata kita merekam pengindraan lahiriah.

 

Perjalanan yang jauh ini akhirnya sampai juga di Ketapang dengan selamat secara fisik. Namun, orangutan, hutan, masyarakat dayak bisakah selamat dari ancaman-ancaman ilegal logging perkebunan sawit, lalu ancaman pertambangan batubara.Tanyakan pada mereka yang punya hati. selain itu....bisanya hanya dipertentangkan bukan diselamatkan NOW.

 

Semoga ketika penulis mempunyai cucu...mudah-mudahan masih ada hutan, orangutan, bekantan dan keanekaragaman lainnya yang unik dan lucu tapi bukan Tom n Jerry pa lagi Naruto apalagi sincan. Cerita melahirkan mitos apabila memang benar-benar tidak terlihat dimata. Sebelum menjadi mitos, dongeng sebelum tidur mari kita tegaskan pada diri kita bahwa kita bukan bangsa yang bodoh, yang selalu mendengarkan mitos.

 

 

Thanks

lutfi

Minggu, 13 Juli 2008

Sawit Semakin Mengancam Orangutan

Sawit Semakin Mengancam Orangutan
Senin, 14 Juli 2008 | 00:42 WIB
Jakarta, Kompas - Perluasan areal tanaman kelapa sawit menjadi ancaman
paling serius terhadap habitat orangutan saat ini, baik di wilayah
Sumatera bagian utara maupun di Kalimantan. Diperparah lagi dengan kondisi
dari sekitar 61.234 ekor orangutan yang ada saat ini, sekitar 70 persen di
antaranya tinggal di habitat dengan status bukan hutan konservasi atau
bukan hutan lindung.

Demikian dikemukakan Deputy Program Director Orangutan Conservation
Services Program (OCSP) Jamartin Sihite dalam lokakarya Jurnalisme
Lingkungan untuk Konservasi Orangutan dan Habitatnya, yang berlangsung
11-13 Juli 2008 di Universitas Indonesia, Depok.

”Ketika berada di habitat dengan status hutan konservasi, spesies
orangutan relatif lebih terlindungi karena berdasarkan status itu negara
tidak mengizinkan pengalihan fungsi hutan,” kata Jamartin.

Penyebaran orangutan saat ini diperkirakan sebanyak 6.667 ekor berada di
hutan primer seluas 14.452 kilometer persegi di kawasan Gunung Leuser
wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bagian selatan dan Sumatera
Utara. Kemudian sekitar 54.567 ekor orangutan menempati habitat hutan
primer sekitar seluas 50.000 kilometer persegi di Kalimantan.

”Data itu resmi yang digunakan pemerintah saat ini. Namun, data itu
berdasarkan pengkajian status populasi dan habitat yang dilakukan pada
2004 sehingga dimungkinkan populasi dan habitatnya sekarang sudah jauh
berkurang, apalagi perluasan areal sawit dengan pola perkebunan inti
rakyat sulit dikendalikan,” kata Jamartin.

Diperkirakan dalam 10 tahun mendatang jumlah populasi akan turun sampai 50
persen dan memasuki 50 tahun ke depan dikhawatirkan orangutan sebagai
satwa asli Indonesia itu punah.

Harry Alexander dari Wildlife Conservation Society Program memaparkan,
kebijakan pelestarian hutan dan sumber daya alam lainnya masih sangat
buruk. Hal itu, misalnya, hak menguasai hutan bukan pada negara melainkan
pemerintah pusat, pengelolaannya bersifat sentralistik, skala besar,
monopoli dan oligopoli, tidak transparan, tidak melibatkan publik, tidak
akuntabel, hilangnya pengakuan hak adat, tidak ada supremasi hukum, dan
tidak ada mekanisme resolusi konflik.

Jito Sugarjito dari Asosiasi Pemerhati dan Ahli Primata Indonesia (Apapi)
menuturkan, perlindungan orangutan dengan habitatnya akan menyelamatkan
pula berbagai spesies lainnya. Untuk itulah, orangutan disebut sebagai
spesies payung.

”Orangutan merupakan pemakan spesialis yang sangat rentan seandainya
jumlah pohon di habitatnya terus berkurang. Ditambah lagi masa reproduksi
yang lambat, bisa mencapai rata-rata 7 tahun, turut memengaruhi percepatan
makin punahnya orangutan,” kata Jito. (NAW)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/14/00422145/sawit.semakin.mengancam.orangutan
WAHYUNI MANGOENSOEKARDJO

Sawit Semakin Mengancam Orangutan

Sawit Semakin Mengancam Orangutan
Senin, 14 Juli 2008 | 00:42 WIB
Jakarta, Kompas - Perluasan areal tanaman kelapa sawit menjadi ancaman
paling serius terhadap habitat orangutan saat ini, baik di wilayah
Sumatera bagian utara maupun di Kalimantan. Diperparah lagi dengan kondisi
dari sekitar 61.234 ekor orangutan yang ada saat ini, sekitar 70 persen di
antaranya tinggal di habitat dengan status bukan hutan konservasi atau
bukan hutan lindung.

Demikian dikemukakan Deputy Program Director Orangutan Conservation
Services Program (OCSP) Jamartin Sihite dalam lokakarya Jurnalisme
Lingkungan untuk Konservasi Orangutan dan Habitatnya, yang berlangsung
11-13 Juli 2008 di Universitas Indonesia, Depok.

”Ketika berada di habitat dengan status hutan konservasi, spesies
orangutan relatif lebih terlindungi karena berdasarkan status itu negara
tidak mengizinkan pengalihan fungsi hutan,” kata Jamartin.

Penyebaran orangutan saat ini diperkirakan sebanyak 6.667 ekor berada di
hutan primer seluas 14.452 kilometer persegi di kawasan Gunung Leuser
wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bagian selatan dan Sumatera
Utara. Kemudian sekitar 54.567 ekor orangutan menempati habitat hutan
primer sekitar seluas 50.000 kilometer persegi di Kalimantan.

”Data itu resmi yang digunakan pemerintah saat ini. Namun, data itu
berdasarkan pengkajian status populasi dan habitat yang dilakukan pada
2004 sehingga dimungkinkan populasi dan habitatnya sekarang sudah jauh
berkurang, apalagi perluasan areal sawit dengan pola perkebunan inti
rakyat sulit dikendalikan,” kata Jamartin.

Diperkirakan dalam 10 tahun mendatang jumlah populasi akan turun sampai 50
persen dan memasuki 50 tahun ke depan dikhawatirkan orangutan sebagai
satwa asli Indonesia itu punah.

Harry Alexander dari Wildlife Conservation Society Program memaparkan,
kebijakan pelestarian hutan dan sumber daya alam lainnya masih sangat
buruk. Hal itu, misalnya, hak menguasai hutan bukan pada negara melainkan
pemerintah pusat, pengelolaannya bersifat sentralistik, skala besar,
monopoli dan oligopoli, tidak transparan, tidak melibatkan publik, tidak
akuntabel, hilangnya pengakuan hak adat, tidak ada supremasi hukum, dan
tidak ada mekanisme resolusi konflik.

Jito Sugarjito dari Asosiasi Pemerhati dan Ahli Primata Indonesia (Apapi)
menuturkan, perlindungan orangutan dengan habitatnya akan menyelamatkan
pula berbagai spesies lainnya. Untuk itulah, orangutan disebut sebagai
spesies payung.

”Orangutan merupakan pemakan spesialis yang sangat rentan seandainya
jumlah pohon di habitatnya terus berkurang. Ditambah lagi masa reproduksi
yang lambat, bisa mencapai rata-rata 7 tahun, turut memengaruhi percepatan
makin punahnya orangutan,” kata Jito. (NAW)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/14/00422145/sawit.semakin.mengancam.orangutan
WAHYUNI MANGOENSOEKARDJO

Orangutan Pantas Menjadi Ikon Solusi Perubahan Iklim

Orangutan Pantas Menjadi Ikon Solusi Perubahan Iklim

SABTU, 12 JULI 2008 | 12:19 WIB
DEPOK, JUMAT - Jika beruang kutub menjadi ikon kampanye perubahan iklim,
orangutan seharusnya juga bisa. Keduanya sama-sama hewan yang terancam
punah dan hanya hidup endemik di wilayah tertentu.

"Bahkan orangutan lebih menarik dijadikan ikon. Kalau polar bear (beruang
kutub) merupakan ikon masalah, orangutan bisa menjadi ikon solusi," ujar
Jamartin Sihite, Deputy Chief of Party Orangutan Conservation Services
Program pada lokalatih jurnalistik lingkungan di Depok, Jumat (11/7).

Beruang kutub telah menarik simpati dunia karena sering digambarkan
sebagai spesies yang merasakan dampak perubahan iklim. Dalam beberapa
kesempatan diperlihatkan film yang menunjukkan nasib beruang kutub yang
berjuang mati-matian karena lapisan es meleleh lebih cepat akibat
pemanasan global.

Orangutan juga mengalami nasib yang sama, tapi bukan karena pemanasan
global, melainkan perburuan ilegal dan kehilangan habitatnya akibat
pembalakan liar.   Kelangsungan hidup orangutan memang sangat tergantung
pada kelestarian hutan.

Menurut Jito Sugardjito dari Flora Fauna International Indonesia Program,
orangutan termasuk hewan yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
Orangutan jenis pemangsa spesifik dan 60 persen makanannya buah-buahan.
Daya jelajahnya sangat luas karena setiap ekor bisa mencapai 5 kilometer.

Konservasi orangutan otomatis sekaligus melestarikan hutan. Kita tahu
bahwa hutan merupakan alat penyerap karbon dioksida, biang pemanasan
global terbesar, yang menjadi harapan dunia untuk mengatasi perubahan
iklim. "Karbon hanya dapat diserap pohon, dan hutan adalah yang paling
banyak," ujar Martin. Jadi, menurutnya, pantaslah kalau upaya konservasi
orangutan menjadi ikon solusi mengatasi perubahan iklim.


WAH
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/12/12192111/orangutan.pantas.menjadi.ikon.solusi.perubahan.iklim

Orangutan Dilindungi Tapi Tak Terlindungi

Orangutan Dilindungi Tapi Tak Terlindungi

MINGGU, 13 JULI 2008 | 21:10 WIB
DEPOK, MINGGU - Orangutan telah ditetapkan sebagai satwa dilindungi. Hal
tersebut siatur dalam Undang-undang 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati beserta Ekosistemnya dan PP 7 tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Sayang, perhatian pemerintah maupun kepedulian masyarakat Indonesia
terhadap orangutan dinilai masih minim. Tak jarang orangutan menjadi
"korban gusuran" pembukaan perkebunan kelapa sawit karena dianggap hama.

Upaya konservasi orangutan juga masih dilihat secara sempit dan sektoral.
Ini dapat dilihat dari fakta lapangan bahwa banyak orangutan yang hidup di
luar hutan kawasan konservasi seperti di kawasan taman nasional. Bahkan
hasil perkiraan OCSP (Orangutan Conservation Services Program), sekitar 70
persen habitat orangutan di luar kawasan konservasi.

Sementara itu, peraturan mengenai kerusakan habitat orangutan belum ada.
Yang diatur baru orangutannya saja. Akibatnya habitat orangutan seringkali
tergusur kebun sawit. Padahal orangutan tidak dapat bertahan hidup tanpa
habitat.

"Inilah lemahnya produk hukum kita," ujar Vira Ramelan dari OCSP.
Menurutnya perlindungan spesies juga harus dibarengi dengan perlindungan
habitat seperti yang dilakukan banyak negara di dunia. Di mana ada satwa
dilindungi, kawasan tersebut harus bebas dari kegiatan yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup spesies tersebut.

Hal tersebut tidak lepas dari penetapan kawasan konservasi yang dilakukan
secara sektoral dengan menetapkan luasan daerah konservasi saja dengan
asumsi orangutan dapat digiring ke kawasan tertentu saja. Dengan kebijakan
ini, tak jarang komunitas orangutan terisolasi karena digiring ke kawasan
sempit yang terkepung perkebunan. Dengan kondisi seperti ini, daya
tahannya akan turun dan risiko kepunahan tinggi.

Pengelolaan kebun sawit sebenarnya tetap dapat dilakukan tanpa melawan
upaya konservasi. Yakni dengan menyediakan daerah penghubung antara
habitat orangutan yang satu dengan lainnya. Peraturan yang tegas dan
penegakan hukum terhadap hal ini mungkin perlu agar pemilik kebun sawit
tidak memanfaatkan kelemahan aturan yang berlaku saat ini.

"Kita ingin orangutan dilindungi "titik", bukan dilindungi tapi tak
terlindungi seperti saat ini," tegas Vira.


WAH
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/13/21104941/orangutan.dilindungi.tapi.tak.terlindungi

Malaysia Lebih Pintar Mengemas Orangutan



MINGGU, 13 JULI 2008 | 20:59 WIB
DEPOK, MINGGU - Orangutan sebenarnya berpeluang besar menjadi ikon
Indonesia di mata dunia di tengah krisis citra negeri ini. Sayangnya
negara tetangga Malaysia lebih pintar mengemas orangutan sebagai daya
tarik.

Misalnya dalam iklan salah satu maskapai penerbangan swasta asal negeri
jiran tersebut. Dalam salah satu promosi penerbangan murah ke Malaysia di
media cetak, maskapai tersebut menampilkan foto orangutan. Seolah-olah
mereka mau menunjukkan bahwa orangutan merupakan satwa khas yang dapat
ditemui di Malaysia. Kenyataannya orangutan memang telah ditetapkan
sebagai maskot Sabah.

Padahal, orangutan lebih banyak hidup di Indonesia daripada di Malaysia
dari jumlah populasi maupun spesies. Indonesia memiliki dua jenis spesies
berbeda yakni orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan Sumatera
(Pongo abelii). Di Kalimantan bahkan terdapat tiga subspecies
masing-masing di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan
Tengah.

"Dari empat jenis kera besar, orangutan adalah satu-satunya kera besar di
Asia. Tiga lainnya, gorila, simpanse, dan bonobo ada di Afrika," ujar Jito
Sugardjito dari Flora Fauna International Indonesia Program dalam
lokalatih konservasi orangutan yang digelar OCSP (Orangutan Conservation
Services Program) dan AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Jakarta di Depok,
Jawa Barat, 11-13 Juli 2008.

Dengan fakta-fakta tersebut, peluang orangutan menjadi ikon Indonesia
seharusnya lebih besar. Bahkan ikon orangutan sebagai solusi perubahan
iklim sesuai semangat yang diangkat saat diluncurkan Strategi dan Rencana
Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017 oleh Presiden SBY di
sela-sela konvensi perubahan iklim di Bali akhir tahun lalu. Namun, tujuan
akhir yang lebih penting bukan sekadar ikon melainkan kepedulian
pemerintah dan masyarakat untuk turut melindungi orangutan dan habitatnya
agar tidak punah.


WAH
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/13/20595477/malaysia.lebih.pintar.mengemas.or

BANGSA PERUSAK HUTAN

Senin, 14 Juli 2008

Bangsa Perusak Hutan

Oleh Agus Wibowo


Belum lama ini, Indonesia berhasil memecahkan rekor Guinnes World Record (2007), sebagai negara perusak hutan tercepat di dunia. Sebuah prestasi yang tentunya menimbulkan keprihatinan kita. Gelar itu diberikan bukan tanpa dasar. Menurut data yang berhasil dihimpun GWR (2007), tingkat laju penghancuran hutan (deforestasi) di Indonesia mencapai 1,871 juta hektar setiap tahun, atau 51 kilometer persegi per hari. Jika dibandingkan 43 negara lain, laju deforestasi Indonesia menduduki peringkat pertama, disusul oleh Zimbabwe (1,7 persen), Myanmar (1,4 persen), dan Brazil yang hanya 0,6 persen



Pertanyaanya kemudian, siapa pemicu laju deforestasi hingga separah itu? Jika dilihat dari modusnya yang begitu sporadis, tentunya ada sebuah mekanisme atau sistem raksasa yang melegalkannya. Dengan kata lain, jika hanya rakyat biasa (baca: maling kelas teri), tidak akan mampu menimbulkan kerusakan secepat itu.


Menurut Indonesian Center for Environmental Law (ICEL, 2007), ternyata beberapa kebijakan pemerintahlah yang menjadi pemicu deforestasi tersebut. Misalnya, Undang-undang (UU) No.26/2007 tentang Penataan Ruang, UU No.30/2007 tentang Energi, UU 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Peraturan Pemerintah (PP) No. 59/2007 tentang Panas Bumi, PP No. 58/2007 tentang Perubahan Atas PP 35/2002 tentang Dana Reboisasi, PP 33/2007 dan PP 6/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.


Beberapa kebijakan tersebut, kenyataannya justru memfasilitasi para pemilik modal untuk mengeksploitasi hutan secara besar-besaran. Dampaknya bukan hanya rusaknya kawasan hutan beserta penopang ekologisnya, tetapi rakyat dan negara dirugikan. Menurut temuan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Greenomics Indonesia (2008), kerugian yang diderita tersebut sebesar Rp 589,3 trilyun per tahun.


Kerugian itu terbagi menjadi tiga bagian, yakni Rp 170,2 trilyun untuk kerugian kayu, Rp 320,6 trilyun akibat hancurnya ekologi, serta kenaikan inflasi Rp 88,5 trilyun per tahun. Ini artinya, jumlah kerugian akibat kebijakan alih fungsi hutan, jauh lebih besar ketimbang devisa yang diperoleh negara yang hanya Rp 80 trilyun. Jika alih fungsi hutan terus berlanjut, diramalkan kerugian yang akan diterima Indonesia 3,5 kali lebih besar dibandingkan yang terjadi sekarang.


Tanpa merasa bersalah, pemerintah justru menerbitkan PP No. 2/2008 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), yang berasal dari penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan. Alih-alih, PP ini justru menjadi rekomendasi komersialisasi hutan lindung dalam bentuk baru. Pasalnya, pungutan yang diambil dari kegiatan tambang (PNBP) hanya Rp 3 juta per hektar per tahun, atau sekitar hanya Rp 120 hingga Rp 300 per meter dari kegiatan tambang tersebut. Artinya, dengan uang receh Rp 1.000, kita sudah bisa untuk menyewa satu meter persegi hutan lindung kita selama setahun.


Siapa yang bakal menanggung dampak kebijakan pemerintah tersebut? Jawabannya pasti, rakyat akar rumput (grassroots). Banjir, tanah longsor, dan kekeringan akan silih berganti melanda. Terutama di Pulau Jawa yang kini hanya tersisa hutan seluas 19.828 km2, atau kurang dari 15 persen luas daratan. Belum timbulnya konflik horizontal maupun vertikal. Misalnya, konflik di Aceh, Papua, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. Konflik yang timbul tersebut, jauh melampaui isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Inti masalahnya, lebih terkait dengan politik dan dampak marginalisasi akibat kebijakan pembangunan terhadap suku asli, termasuk kebijakan transmigrasi dan konsesi pertambangan dan hak penggunaan hutan.



Revisi Kebijakan


Berbagai kebijakan lingkungan yang dibuat secara gegabah, menunjukkan ketidakkonsistenan pemerintah merealisasikan visi dan misinya. Presiden Yudhoyono (SBY) sendiri, seakan melupakan janjinya dalam kampanye Capres 2004, untuk memimpin sendiri operasi pemberantasan pembalakan liar. Nyatanya, SBY justru menciptakan sistem pengadilan yang tidak sensitif terhadap deforestasi, dan terlalu mengedepankan kebenaran formal-prosedural, ketimbang penggalian keadilan substansial.


Mestinya, SBY konsisten dengan janjinya, karena terkait erat dengan kredibilitas yang bersangkutan. Kata-kata, kalimat, atau pernyataan yang keluar dari mulut seorang pejabat, apalagi setingkat presiden, pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang sudah pasti dinantikan perwujudannya oleh rakyat. Oleh karena itu, seorang pejabat tidak boleh mudah dan boros mengeluarkan kata-kata manis berupa janji, juga akan menjadi ukuran apakah yang bersangkutan bertindak konsisten dan dapat dipercaya atau tidak.


Sudah saatnya, pemerintah melakukan langkah-langkah strategis guna memperbaiki citra buruk Indonesia sebagai bangsa perusak lingkungan. Langkah strategis tersebut di antaranya pertama, melakukan timbang-ulang, analisis dampak lingkungan, dan jika perlu merevisi berbagai kebijakan yang mengarah pada perusakan hutan. Misalnya, UU No.24/2007, UU No.26/2007 dan sebagainya.


Kedua, pemerintah menindak tegas para mafia elite yang mempermulus terjadinya pembalakan hutan secara besar-besaran, maupun maling hutan kelas teri. Mereka harus diperlakukan dan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku, secara jujur, adil, transparan dan bebas dari KKN. Tidak ada diskriminasi hukum antara golongan elite (termasuk elite politik) dan rakyat biasa. Selain itu, pemerintah juga harus membenahi hukum lingkungan yang ada saat ini. Sebab, selain belum bisa menangani persoalan lingkungan, hukum lingkungan tersebut sangat prosedural dan pro-ekonomi.


Ketiga, pemerintah perlu menata ulang dan merehabilitasi kawasan hutan secara berkesinambungan dengan memberdayakan masyarakat. Misalnya melalui konservasi hutan desa. Adapun lahan-lahan yang diperuntukkan hutan desa ini dapat berupa bantaran sungai, tepian kampung, jalan poros desa, dan pengalihan sebagian tanah bengkok desa. Carik/sekretaris desa yang biasanya memiliki 2-3 ha tanah bengkok, harus merelakan sebagian tanah bengkoknya (minimal satu hektar) untuk ditanami tanaman hutan. Hal ini karena para carik sudah mendapat gaji sebagaimana pegawai negeri lainnya.


Pemerintah beserta seluruh jajarannya, perlu bekerja sinergis. Artinya, semua lembaga itu bekerja sama dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Pada akhirnya, langkah kongkrit pemerintah untuk merevisi berbagai kebijakan lingkungan tersebut, menunjukkan komitmennya mengharumkan nama bangsa Indonesia di mata dunia dan mengabdi kepada rakyat. Semoga.



Penulis, peneliti utama FKPP Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarya

Selasa, 08 Juli 2008

COP CREW

TSUNAMI


Tsunami adalah gelombang panjang yang timbul karena adanya perubahan dasar laut atau perubahan badan air yang terjadi secara tiba-tiba, akibat gempabumi, letusan gunung berapi, longsoran bawah laut, atau runtuhan gunung es bahkan akibat terjangan benda-benda angkasa ke permukaan laut.
Tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu soo-NAH-mee yang berarti gelombang pelabuhan. Tsunami merupakan gelombang laut yang memiliki panjang gelombang yang sangat panjang dibandingkan dengan gelombang laut yang dibentuk oleh angin biasanya.
Tsunami merupakan ancaman bencana alam yang biasanya terjadi setelah gempa bumi yang cukup besar dengan pusat gempa di laut. Kemudian gelombang ini menjalar dengan kecepatan yang sangat tinggi di lautan. Dan ketika sampai di pantai kecepatannya berkurang dengan ketinggian yang cukup tinggi sehingga dapat merusak kota dan menelan korban. Di laut dalam kecepatan rambat tsunami dapat mencapai ratusan kilometer perjam, sebagai gambaran penjalaran tsunami Biak 1996 mencapai pantai Jepang membutuhkan waktu tempuh sekitar 7 jam.

BAGAIMANA TERJADINYA TSUNAMI?
Tsunami menyebar ke segala arah dari sumber terjadinya. Tsunami bergerak menjalar menyebrangi lautan. Hal ini terjadi diakibatkan karena adanya gangguan dasar laut yang bisa disebabkan oleh adanya gempa bumi yang bersumber dekat dengan dasar laut, letusan gunung api laut (misal: Krakatau) dan longsoran tanah di pantai, bisa juga disebabkan karena adanya tumbukan dari benda luar angkasa (meteor). Berikut ini akan dijelaskan bagaimana terjadinya tsunami berdasarkan sebab-sebab seperti diuraikan diatas.

PERBEDAAN TSUNAMI DENGAN GELOMBANG BIASA
Gelombang yang dibangkitkan oleh angin, pergerakan air sebatas pada lapisan permukaan laut saja. Lain halnya dengan gelombang tsunami, pergerakan air selain di permukaan juga sampai pada air di kedalaman. Seperti terlihat pada gambar dibawah, gelombang yang dibangkitkan oleh angin mempunyai ciri-ciri panjang gelombang yang pendek di sekitar pantai. Sedangkan gelombang tsunami merupakan pergerakan masa air yang sangat besar, sehingga tsunami mempunyai potensi daya hancur yang besar dibandingkan dengan gelombang yang dibangkitkan oleh angin.

WILAYAH RAWAN TSUNAMI DI INDONESIA
Negara kita Indonesia adalah negara bahari dengan luas laut mencapai 5,8 juta km2, garis pantai sepanjang 81.000 km dan sekitar 17.508 pulau. Di Indonesia terdapat 3 pergerakan lempeng tektonik penyebab gempa tektonik:
1. Pergerakan Indo-Australia dengan Eurasia 
2. Pergerakan Indo-Australia dengan Pasifik
3. Pergerakan Pasifik dengan Indo-Australia
Pertemuan lempeng ini merupakan tempat terjadinya gempa-gempa besar dan berada di lautan dengan jarak 100-150 km dari pantai Sumatera, Selatan Jawa, Selatan Nusa Tenggara, Maluku dan pantai Utara Papua. Wilayah rawan bencana di Indonesia tsunami meliputi 21 wilayah, yaitu: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung-Banten, Jawa Tengah Bagian Selatan, Jawa Timur Bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Balikpapan, Palu, Talaud, Kendari.

BAGAIMANA MENYELAMATKAN DIRI SAAT TERJADI TSUNAMI
Pengetahuan mengenai bahaya tsunami merupakan kunci utama bagi kita yang hidup disekitar kawasan rawan bencana tsunami. Oleh karena itu pengetahuan umum mengenai penyelamatan diri ketika akan terjadi tsunami merupakan hal penting untuk diketahui.
Apabila kita merasakan ada tsunami di sekitar kita, terutama ketika kita berada di sekitar pantai, dimana terasa gempa bumi dan mendengarkan suara yang tidak normal datang dari arah laut, maka segeralah kita dan mengajak orang disekitar kita untuk melarikan diri menuju tempat yang lebih tinggi.
Tsunami dapat bergerak lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan manusia berlari. Selain itu harus juga diingat bahwa tsunami mempunyai kekuatan yang sangat besar. Tsunami dapat menghancurkan, mengangkat dan membawa bongkahan beton dari tembok-tembok yang dilaluinya sampai beberapa kilometer ke darat, selain membawa bongkohan bangunan yang dilaluinya, tsunami dapat lebih berbahaya dikarenakan debris atau material yang terbawa hanyut oleh air tsunami dapat menambah daya hancur tsunami. Berikut ini akan diuraikan tindakan-tindakan penyelamatan ketika terjadi tsunami.